LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG
MANAJEMEN
PENGELOLAAN RUMPUT UNGGUL DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK
DAN HIJAUAN MAKANAN
TERNAK
(BPT-HMT) SERADING SUMBAWA
DEDI KAHADI
B1D014053
B1D014053
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
MATARAM

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
MANAJEMEN PENGELOLAAN
RUMPUT UNGGUL DI BALAI
PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN
TERNAK (BPT-HMT) SERADING SUMBAWA
DEDI KAHADI
B1D014053
Laporan Praktik Kerja Lapang
Diserahkan untuk Keperluan Penyelesaian
Pendidikan
pada Program Studi Peternakan-Fakultas
Peternakan-Universitas Mataram
Telah Disetujui pada, November
2017
MENYETUJUI :
Program Studi
Peternakan
Ketua,
Dr.
Ir. M. Ashari, M.Si
NIP.
19611231 198703 1017
|
Mataram, November 2017 Pembimbing,
Dr.Ir Imran,
M.Si
NIP. 19620104 198603 1005
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang diberikan berupa
nikmat kesehatan dan umur yang panjang sehingga saya dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Lapang dan menyusun
Laporan Kerja Lapang yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Rumput Unggul di Balai Pembibitan
Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Serading” sehingga dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Sholawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat disusun berdasarkan hasil kegiatan
Praktik Kerja Lapang yang dimulai pada tanggal 17 Juli – 25 Agustus 2017 yang
bertempat di BPT-HMT Serading Sumbawa Besar.
Dengan
rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam menyusun Laporan Praktik Kerja Lapang yaitu kepada :
1. Bapak
Dr. Ir. Maskur, M.Si Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
2. Bapak
Dr. Ir. Imran, M.Si Dosen
Pembimbing PKL
3. Bapak Ir. Uhud Abdullah, MP Dosen penguji PKL
4. Bapak
Dr. Ir. M. Ashari, M.Si Ketua
Program Studi Peternakan
5. Bapak
Isdarwanto, S.Pt Kepala
BPT-HMT Serading Sumbawa
6. Bapak
Ir. Suryadi. AK., M.Si Kepala
Sub Bag TU BPT-HMT Serading
7. Bapak
Herpan S.Pt, Bapak Wahyono, Bapak M.Rifai dan Bapak Muhammad M.S Pembimbing Lapangan selama PKL di
bidang HMT
8. Semua
Staff yang ada di BPT-HMT Serading yang tidak dapat disebutkan nama satu
persatu yang telah memberikan kesan selama PKL berlangsung
9. Semua
teman-teman seperjuangan anggota PKL yang membantu selama PKL
Penulis
menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapang ini masih jauh dari kata
kesempurnaan sehingga diperlukan kritik dan saran yang mambangun demi
kesempurnaan laporan dikemudian hari dan berguna bagi mahasiswa yang lain.
Mataram, November
2017
Hormat Saya
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari ketersediaan pakan
baik secara kualitas dan kuantitas.
Hijauan pakan ternak atau biasa disebut Hijauan Makanan Ternak
(HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama
ternak ruminansia seperti sapi, kerbau,
kambing, dan domba. Hijauan pakan ternak menjadi bahan pakan yang sangat
disukai oleh ternak ruminansia. Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada
ternak perlu memiliki sifat-sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu
yang pendek mampu tumbuh kembali. Hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua
bagian yaitu bangsa graminae (rumput-rumputan) dan leguminosa (semak dan pohon).
Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah tanaman rumput sebagai pakan ternak. Rumput adalah tumbuhan monokotil
yang memiliki daun berbentuk sempit meruncing yang tumbuh dari dasar batang.
Hijauan ini seringkali ditanam sebagai tanaman
hias, tanaman
obat dan
pakan ternak. Pemeliharaan
tanaman hijauan unggul sangat dianjurkan pada dinas peternakan terutama di Sumbawa tepatnya
di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading.
Balai Pembibitan dan Hijauan Makanan
Ternak (BPT-HMT) Serading merupakan unit pembibitan ternak sapi bali dan
pemeliharaan atau pengolahan hijauan pakan untuk dikembangkan sebagai pakan
ternak. Pemiliharaan hijauan sebagai pakan ternak sangat penting diterapkan
guna meningkatkan produktivitas ternak sapi bali di BPT-HMT Serading. Pakan
hijauan yang dipelihara merupakan pakan ternak yang unggul dengan kandungan
nutrisi tinggi guna mencukupi kebutuhan nutrisi ternak sapi bali. BPT-HMT
memiliki keunggulan dalam mengelolah sapi bali dan penanaman hijauan makanan
ternak yang dilakukan secara tertutup dalam dinas pembibitan dan hijauan
makanan ternak. Selain itu, BPT-HMT Serading
juga sudah mengeluarkan beberapa bibit ternak yang
unggul ke daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa dan Kalimantan. Sistem pemeliharaan sapi
bali dan hijauan pakan ternak di BPT-HMT. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading dapat memainkan peranannya melalui
penyelenggaraan pelatihan guna menghasilkan sumber daya manusia
pertanian-peternakan yang profesional, khususnya pada bidang Teknologi
Pengolahan Hijauan Makanan Ternak. Dalam hal ini, pemeliharaan hijauan pakan
dilakukan sampai pasca panen dan teknologi pengolahan yang akan menjadi tujuan
dalam praktik kerja lapang Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak
(BPT-HMT) Serading.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang (PKL)
1.2.1
Tujuan
Praktik Kerja Lapang (PKL)
Praktik
kerja lapang dilaksakan di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak
Serading dengan tujuan :
1. Untuk
mengetahui cara pengelolaan rumput
unggul yang akan dijadikan sebagai pakan ternak
2.
Untuk mengetahui
jenis-jenis rumput unggul yang diolah sebagai pakan ternak
3.
Untuk mengetahui permasalahan
atau kendala pengelolaan
rumput unggul di BPT-HMT Serading
4.
Untuk mengetahui cara
penanganan rumput unggul yang ada di BPT-HMT Serading
5.
Untuk mengetahui cara
dan teknik penanaman rumput unggul di BPT-HMT Serading
1.2.2
Kegunaan
Praktik Kerja Lapang (PKL)
Adapun
kegunaan Praktik Kerja Lapang (PKL) di BPT-HMT Serading ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagi
Mahasiswa
a.
Dapat mengetahui
kondisi lapangan mengenai cara dan teknik pengelolaan rumput unggul di BPT-HMT Serading
b.
Dapat mengaplikasikan
ilmu peternakan mengenai pengelolaan rumput
unggul di bangku kuliah dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang di BPT-HMT Serading
c.
Dapat meningkatkan
wawasan mahasiswa dalam membandingkan ilmu di bangku kuliah dengan kondisi
lapangan sehingga dapat diterapkan di lingkungan masyarakat
2.
Bagi
Fakultas
a.
Sebagai acuan dan
masukkan masalah-masalah yang dihadapi peternak yang terkait dengan pengolahan
rumput unggul sebagai pakan ternak
b.
Sebagai acuan dalam
mengembangkan fakultas
peternakan kedepannya dalam pengabdian ke masyarakat mengenai pengolahan rumput
unggul
3. Bagi BPT-HMT Serading
a.
Mendapatkan informasi
mengenai manajemen pengolahan hijauan rumput unggul sebagai pakan ternak yang
lebih baik
b.
Mendapatkan bantuan
tenaga dan keterampilan dalam pengolahan hijauan pakan ternak
c.
Dapat mengatasi masalah-masalah
yang ada di BPT-HMT Serading yang menjadi kendala pada umumnya
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Praktik Kerja Lapang

Gambar 1. Denah Lokasi BPT-HMT Serading

Profil BPT-HMT Serading dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Mentan RI No.313/Kpts/Org/5/1978 tgl. 25 Mei 1978
sebagai UPT yang bernaung dibawah Ditjen Peternakan. Dengan bergulirnya otonomi daerah, th. 2001, BPTHMT Serading dilimpahkan
ke Pemprov. NTB dengan PERDA No. 3 Tahun 2002 tanggal 24 Agustus 2002. Tahun 2008 dengan PP No. 41 tahun 2007, BPT-HMT Serading ditetapkan
kembali menjadi UPTD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB melalui
PERGUB No. 23 TH 2008.
1. Fungsi
dan Tugas Pokok BPT-HMT Serading
a. Tugas
Pokok
BPT-HMT Serading mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas teknis pembibitan ternak dan Hijauan Makanan Ternak Dinas Peternakan dan Keswan
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b. Fungsi
1) Sebagai tempat analisis teknis
kegiaatan pembibitan ternak dan Hijauan
makanan ternak
2) Tempat pengujian,penerapan
kegiatan teknologi pembibitan dan hijauan makanan ternak
3) Melaksanakan kebijaksanaan
teknis kegiatan pembibitan dan hijauan makanan
ternak
4) Pengelolaan administrasi
keuangan.
2. Visi
Misi dan Motto BPT-HMT Serading
a.
Visi
Terciptanya BPT-HMT Serading yang handal dalam
rangka menyediakan bibit ternak dan benih HMT yang memenuhi standar mutu dalam
rangka mendukung NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan Program Swasembada Daging Sapid
an Kerbau (PSDSK).
b.
Misi
1) Melakukan seleksi ternak yang ketat dan
berkesinambungan
2) Meningkatkan populasi ternak dan benih HMT yang
berkualitas
3) Melaksanakan uji mutu benih HMT
4) Menyediakan sarana dan prasarana pelatihan dalam
rangka peningkatan kualitas SDM bidang peternakan
5) Melaksanakan uji coba teknologi tepat guna
6) Melaksanakan bimbingan teknis bidang peternakan
c.
Motto
Satu Anak Satu Induk Satu Tahun
2.2 Macam Kegiatan yang
Dilaksanakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja
Lapang secara umum menurut teori yaitu antara lain dalam pemeliharaan tanaman rumput unggul sebagai makanan ternak, beberapa
kegiatan perlu dilakukan adalah:
1.
Pemeliharaan Cara Tanam Tanaman
Hal yang diperhatikan:
a. Mengadakan penyulaman/penyisipan, jika ada tanaman yang mati;
b. Penyiangan perlu dilakukan setelah
1-2 kali panen;
c. Membumbun tanaman dengan mengangkat
tanah dari kiri dan kanan barisan (membuat guludan), hal ini dimaksudkan
memudahkan pemupukan, pengairan dan drainase;
d. Pemupukan sebaiknya dilakukan
minimal 2 kali setahun, yaitu setiap 4-6 bulan sekali. Jenis dan dosis pemupukan tergantung kepada tingkat
kesuburan tanah (Anggorodi,
1994).
2.
Pemupukan
Hal
yang perlu diperhatikan :
a. Macam
pupuk
Pupuk yang digunakan harus disesuaikan dengan keasaman
tanah. pupuk yang asam tidak digunakan pada tanah yang netral/basah. Untuk tanah yang asam lebih baik digunakan pupuk
bersifat netral sampai alkalis, gunakanlah pupuk yang dapat menjamin kebutuhan 3 hara utama
(N,P dan K).
b. Dosis Pemupukan
Dosis dan perbandingan pupuk yang digunakan hendaknya
setepat mungkin. Bila perlu disesuaikan analisa tanah, sehingga diperoleh hasil
pemupukan yang efektif dan ekonomis. Untuk tanah-tanah yang kurang subur dapat
diberikan 150 kg Urea/Za, 75 kg TSP, dan 50 Kg ZK /Ha/Tahun. Jika digunakan
pupuk kandang, berikan sebanyak ± 30 – 100 kwt/Ha/tahun.
c. Saat pemupukan
Pemupukan yang tepat waktunya akan menghasilkan produksi
hijauan optimal. Karena itu pemupukan
diatur sedemikian rupa sehingga saat pupuk terurai mudah diserap bersamaan
dengan umur tanaman pada saat mana kegiatan penyerapan paling optimal. Pupuk P
dan K yang sukar larut, diberikan 1 – 2 minggu sebelum penanaman yaitu bersamaan dengan penggemburan
tanah. Bila menggunakan pupuk kandang atau pengapuran untuk
menaikknan pH tanah, sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan penggemburan
tanah. Pupuk N yang sangat mudah larut
diberikan setelah tanaman berumur ± 2 minggu. Dan setiap selesai pemotongan,
sebaiknya dilakukan pemupukan untuk meransang pertumbuhan kembali.
d. Cara pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menyebar ke permukaan tanah
(ditabur), dapat juga di sebar dilarikan atau ditanam sekitar rumpun (ditugal) (Anggorodi, 1994).
3.
Pemeliharaan
Perawatan
Tujuan dari perawatan/pemeliharaan
adalah agar tanaman mampu berproduksi dalam jumlah yang cukup tinggi dan
berkualitas baik. Perawatan yang harus dilakukan antara lain: (a). Penyiangan.
Dilakukan pada rumput liar yang tumbuh bersamaan dengan bibit disekitarnya.
Dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat misalnya cangkul,
handtraktor dan mini traktor. Penyiangan bertujuan untuk mencegah persaingan
antara tanaman pokok dengan rumput pengganggu/gulma; (b). Penyulaman. Dilakukan
setelah penyiangan pada tanaman yang mati agar kelihatan jelas tanaman yang
perlu diganti; (c). Pemupukan. Pemupukan perlu dilakukan supaya tanaman tetap
terjaga kesuburannya. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik (urea, TSP,
KCL dan lain-lain). Dapat juga dipakau pupuk organik seperti kompos atau
kotoran ternak. Untuk tanah yang tergolong asam, perlu dinetralisir dengan
pemberian kapur; (d). Pemberantasan hama. Hama adalah salah satu faktor yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman rumput. Hama yang dapat
mengganggu/merusak adalah keong, tikus, hewan liar, burung dan
lain-lain. Untuk mencegah dan memberantas hama tersebut dapat menggunkan obat-obatan.
Sedangkan untuk mengatasi gangguan oleh hewan liar dapat dilakukan dengan cara
pemagaran. Pengendalian Gulma adalah jenis tanaman yang tumbuhnya tidak
dikehendaki peternak. Gulma merupakan tanaman pengganggu yang mampu menghambat
bahkan mematikan hijauan pakan yang tumbuh bersamanya. Kerusakan yang
diakibatkan gulma dibagi dalam 3 kelompok yakni kerusakan ringan, sedang dan
berat. Kerusakan ringan mencakup 10 – 30% total lahan, kerusakan sedang merusak tatanan padang
penggembalaan 31-50% dari total lahan, kerusakan berat terjadi ketikan telah
merusak tatanan penggembalaan sebesar 51-80% atau bahkan mencapai 100% total
lahan. Gulma tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan pakan hijauan tapi juga
dapat meracuni ternak yang mengonsumsinya (Anggorodi,
1994).
Pengendalian gulma merupakan upaya yang
dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan gulma yang tumbuh diantara tanaman
rerumputan. Ada beberapa cara pengendalian gulma yaitu pengendalian secar fisik
(penyiangan, pencabutan, pembabatan atau pembakaran); pengendalian secara
hayati yaitu dengan pengadaan musuh alami; pengendalian secara kimiawi;
pengendalian dengan cara pemanfaatan gulma itu sendiri untuk berbagai keperluan
seperti sayur, bumbu, obat dan sebagainya.
Pakan hijauan harus diatur sistem
pemotongannya agar tersedia sepanjang waktu. Selain itu, pengaturan umur
pemotongan yang tepat dimaksudkan agar tingkat produktivitas dan kualitasnya dapat
dipertahankan. Panen/pemungutan hasil pada HPT ada 2 cara yaitu: (A). Pemotongan (defoliasi), dilakukan oleh
manusia. Pemotongan yang baik disaat rumput akan berbunga. Jika terlambar
(sudah berbunga) maka nilai gizinya berkurang dan nilai serat kasarnya
meningkat, tapi bila terlalu cepat maka kandungan protein dan kadar airnya
tinggi dan bahan keringnya rendah. Kalau sampai umur 60 hari rumput belum
mencapai 1 meter
maka lakukan pemotongan paksa tujuannya
adalah untuk menstimulir pertumbuhan
dan memperbanyak anakan juga
menyeragamkan pertumbuhan. Defoliasi kedua atau seterusnya dilakukan 40 hari
sekali di musim hujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Tinggi pemotongan 10 – 15 cm dari
permukaan tanah. (B). Penggembalaan (grazing) yaitu pemotongan yang langsung dilakukan
oleh ternak secara renggutan. Frekuensi defoliasi (berulang kalsinya pemotongan
terhadap tanaman hijauan) perlu dipertimbangkan secara baik (Fisher, 1992). Secara umum, defoliasi
di musim penghujan 40 hari sekali dan pada musim kemarau 60 hari sekali (Parakkasi, 1995).
2.3 Manfaat Kegiatan yang
Dilaksanakan
1.
Manfaat
PKL Bagi Mahasiswa
a.
Mahasiswa dapat
menerapkan semua teori yang didapatkan di bangku perkuliahan
b.
Mendapat ilmu tentang
cara atau teknik pengelolaan
hijauan pakan ternak terutama pemeliharaan rumpul unggul yang nantinya dapat
diterapkan jika ingin membuka usaha sendiri
c.
Menambah kedisiplinan
mahasiswa dalam bekerja karena dalam PKL ketepatan waktu sangat diperhatikan
d.
Meningkatkan semangat
kerja karena selama PKL dituntut untuk selalu bersemangat
2. Manfaat PKL Bagi BPT-HMT
Serading
a.
Mengurangi beban kerja
para pegawai lapangan di BPT-HMT Serading
b.
Memberikan pengetahuan
kepada pegawai lapangan bagaimana cara pengelolaan
yang baik hijauan unggul berdasarkan teori
c.
Mendapat informasi
tentang pengelolaan hijauan
unggul
3. Manfaat PKL Bagi Lembaga/Fakultas
Peternakan
a.
Membentuk karakter
handal bagi mahasiswa yang sangat diperlukan dalam dunia kerja
b.
Memberi pengalaman
bekerja kepada mahasiswa serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi di
lapangan
c.
Mendidik mahasiswa
untuk selalu jeli melihat permasalahan di lapangan dan selalu tanggap memberi
solusi pada permasalahan yang dihadapi
BAB III
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG
3.1
Pemilihan Lahan
Pemilihan lahan merupakan salah satu cara atau teknik
yang digunakan dalam menentukan tempat atau lokasi yang dapat digunakan untuk
lahan penanaman hijauan makanan ternak baik sebagai padang penggembalaan maupun
sebagai produksi potongan yang dapat dibudidayakan. Cara ini dilakukan dengan
proses wawancara dengan Fasilitator Lapangan. Adapun faktor-faktor yang penting
diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman rumput unggul yaitu sebagai
berikut :
1. Kesuburan tahan dan topografi
Tanah dengan kualitas bagus diprioritaskan untuk tanaman
pangan guna dapat mencukupi kebutuhan pokok. Adapun di BPT-HMT Serading jenis
tanah meliputi tanah liat bergembur dengan warna coklat kekuningan, berstruktur
padat dan bertekstur liat berlempung dengan pH 6,5-7,1. Topografi tanah di
BPT-HMT Serading adalah datar sampai berbukit dengan ketinggian sekitar 75 M
DPL.
2. Sumber Air
Sumber air yang digunakan dari dalam tanah yang ditarik
dengan mesin Boor dan langsung dialiri dengan menggunakan sistem Sprinkle yang
sudah dipasang ditengah-tengah lahan penanaman.
3. Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Transportasi
Sarana dan prasarana dari lokasi penanaman ke pemasaran
ini secara langsung terjadi di BPT-HMT Serading dengan cara penjualan melalui
pameran di ruangan penanaman.
3.2
Pengelolaan Lahan
Pertumbuhan rumput yang baik sangan tergantung dari
pengaruh luar, waktu penanaman dan pegolahan pada tanah tanpa irigasi dilakukan
pada musim hujan akan tetapi di BPT-HMT Serading mempunyai sistem Sprinkle jadi
dapat dimudahkan dalam pengairan lahan. Adapun urutan dalam pengolahan lahan
yang dilakukan di BPT-HMT Serading adalah sebagai berukut:
v Membersihkan lahan dari gulma-gulma atau semak yang
akan ditanam rumput unggul dengan tujuan untuk mempersiapkan media tumbuh
yang optimum bagi tanaman
|
|
Gambar 2. Pembersihan Lahan
|
2.
Pencangkulan/
Pembajakan
![]() |
Keterangan:
v Pencangkulan bertujuan untuk memecah lapisan tanah
menjadi bongkahan untuk mempermudah penggemburan selanjutnya. Dengan membalik
lapisan tanah maka aktifitas mikroorganisme dipergiat. Kedalaman pencangkulan
± 40 cm
|
Gambar 3. Pencangkulan Lahan
|
3.
Penggemburan/
Penggaruan
![]() |
Keterangan :
v Penggemburan lahan bertujuan untuk menghancurkan
bongkahan besar menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah
dari sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar setelah itu dibiarkan selama ± 7
hari
|
Gambar 4. Penggemburan Lahan
|
3.3
Pemilihan Bibit Rumput Unggul
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan
penanaman yang mudah dikembangkan, dikelolah dan bisa memberikan produksi yang
lebih tinggi. Sedangkan bibit yang digunakan dalam penanaman di BPT-HMT
Serading digunakan sistem penanaman secara Stek, Pols dan Stolon.
1.
Pemilihan Bibit
Secara Stek
![]() |
Keterangan:
Yang perlu diperhatikan agar mendapat Stek yang baik :
a.
Harus
diambil dari batang yang sehat dan tua
b.
Cara
pemotongan stek harus tepat
c.
Panjang stek
kisaran 20-25 cm
d.
Satu stek
terdiri dari 3 buku/ruas
|
Gambar 5. Pengambilan Stek
|
2.
Pemilihan Bibit
Secara Pols
![]() |
Keterangan :
Ø Pols atau sobekan rumput harus diambil dari rumpun yang
sehat
Ø Banyak mengandung akar dan calon anakan baru
Ø Pengambil harus hati-hati agar dapat terpotong dengan
akar
|
Gambar 6. Pengambilan Pols
|
3.
Pemilihan Bibit
Secara Stolon
![]() |
Keterangan :
Ø Pengambilan bibit stolon dilakukan pada rumput yang
agak panjang dan banyak buku
Ø Stolon yang diambil harus terlihat akar pada bagian
buku
Ø Pengambilan pada anakan yang baru tumbuh
Ø Diambil sekitar 3-4 buku
|
Gambar 7. Pengambilan Stolon
|
3.4
Penanaman Rumput Unggul
Kegiatan penanaman rumput unggul dilakukan setelah
diambil bibit secara Stek, Pols dan Stolon. Dalam hal ini penanaman rumput
ditujukan pada jenis rumput sebagai berikut: Rumput Raja/King grass (Pennisetum purpureophoides), Rumput
Setaria (Setaria splendida) dan
Rumput BH (Brachiaria humidicola).
Rumput unggul di BPT-HMT Serading atau disebut rumput koleksi ditanam dengan
luas lahan 18 are dimana satu jenis tanaman rumput koleksi ditanam dengan luar
1 are dengan jarak tanam 1x1 M2 sehingga pemeliharaan bisa dilakukan
secara baik dan teratur.
- Penanaman Rumput Raja/King grass (Pennisetum purpureophoides)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika tropis perennial
yang dapat tumbuh setinggi 3-4,5 meter yang berkembang dengan menggunakan
rizhoma dan mempunyai produksi 200-300 Ton/Ha/Thn yang dapat tumbuh didaerah
basah dengan daun relatif besar, batang tebal kasar berbulu, tumbuh tegak
membentuk rumpun dan ditanam dengan Stek. Tanaman ini mengandung gizi yang
tinggi pada umur 7 minggu dimana kandungan protein 13,2% dan lemak 1,6 % dengan
jarak tanam 100 cm x 100 cm. Menurut (Susetyo,
2001) produksi hijauan rumput raja dua kali
lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput
segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Cara penanaman yaitu dalam satu lubang terdiri dari 3
buku dimana satu buku diatas permukaan tanah dan dua buku didalam tanah dengan
kemiringan 450 (miring, tegak atau tertidur) dengan jarak yang
digunakan 1 x 1 M2. Setelah penanaman pada hari ke-6 tunas baru
mulai muncul di setiap buku dan pertumbuhan perhari anakan berkisar antara 2-3
cm.
- Penanaman Rumput Setaria (Setaria splendida)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika dengan ciri tumbuh
tegak membentuk rumpun, tinggi tanamn bisa mencapai ± 2 meter, daun lunak lebat
agak berbulu, pangkal batang berwarna kemerah-merahan dengan bunga bersusun
dalam tandan berwarna coklat keemasan. Biasanya rumput ini diperbanyak dengan
cara Pols (anakan) dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan memilik produksi hingga
100-125 Ton/Ha/Thn dan kandungan protein 13,8 % sedangkan lemak 2,9 %. Menurut (Soegiri, et al.,
1992) rumput
setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan
kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut, tahan
naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m, responsif
terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th. Cara penanaman yang dilakukan yaitu tanah dilubangi
terlebih dahulu sepanjang 10 cm dan ditanam, bagian vegetatif harus dihilangkan
serta dalam satu lubang tanam harus terdiri dari 1-3 pols. Tanaman ini memilki
sifat basah jadi harus secara rutin dilakukan penyiraman sehingga tanah menjadi
lembab.
- Penanaman Rumput BH (Brachiaria humidicola)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika tropis yang memiliki
ciri tumbuh menjalar sehingga diperbanyak dengan menggunakan stolon, tinggi
bisa mencapat ± 1 meter, daun kecil berbulu halus, ruas batang kecil agak merah
kecoklatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Reksohadiprojo (2000) yang menyatakan
bahwa rumput Brachiaria humidicola bersifat
parennial, tumbuh
membentuk hamparan, daun lebar dan berbulu halus. Jarak tanam yang
digunakan 60 cm x 60 cm dengan produksi 100-125 Ton/Ha/Thn. Cara penanaman
yaitu lahan dibuat seperti lubang panjang dan memilih stolon yang sehat dan
mempunyai mata tunas perakaran yang baik kemudian menanam dengan menimbuni
bagian stolon yang berjarak 30-60 cm dari buku dan dibiarkan bagian pucuk
diatas permukaan tanah. Penanaman dilakukan dengan cara ditidurkan pada lubang
yang dibuat panjang dan dipadatkan dengan cara diinjak.
3.5
Pemeliharaan Rumput Unggul
Pemeliharaan rumput unggul yang baik dan teratur dapat
dilakukan setelah proses penanaman sehingga dapat memperoleh hasil yang baik. Adapun
urutan cara atau teknik yang dilakukan terhadap rumput yang ditanam di BPT-HMT
Serading adalah sebagai berikut:
1.
Perawatan atau Penyiangan
Perawatan rumput dapat dilakukan dengan pendangiran ± 3-4 kali pertahunnya
atau pendangiran dilakukan setiap kali pemangkasan tergantung dari kondisi dari
daerah masing-masing. Pendangiran ini dilakukan
melalui dua cara yaitu pertama membersihkan tanaman liar yang tumbuh
bersama tanaman rumput kemudian menggemburkan tanah yang ada disekitar tanaman.
Hal ini bertujuan agar unsur hara tanah semakin baik dan bibit-bibit hama dapat
dihilangkan kemudian yang kedua langsung dilakukan penggemburan tanah dengan
cangkul agar tanah disekitar rumpun rumput terbongkar sehingga hama bisa hilang.
2.
Penyulaman atau Peremajaan
Penyulaman ini bertujuan untuk melihat kondisi rumput
yang ditanam sehingga dapat memperbaiki produksi rumput unggul. Penyulaman
dilakukan pada rumput yang mati atau tidak tumbuh dan diganti dengan bibit yang
lain agar pertumbuhan tanaman bisa merata didalam mempertahankan produksi dan
pertumbuhannya. Penyulaman ini hanya bisa dilakukan ketika ada tanaman yang
ditanam mati akan tetapi harus lebih diperhatikan karena dengan ini tanaman
dapat melakukan produksi dengan baik.
3.
Penyiraman atau Pengairan
Penyiraman atau pengairan dilakukan ± 7 hari setelah
penanaman. Hal ini dilakukan pada musim hujan akan tetapi jika penanaman
dilakukan pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari dengan tujuan
agar tanaman secara cepat memperbaiki pertumbuhannya. Dalam hal ini harus perlu
diperhatikan jangan sampai ada air yang tergenang dibagian tanaman karena dapat
merusak tanaman itu sendiri. Penyiraman juga dilakukan setelah 7 hari pemupukan
sehingga pada tanaman bisa diperbaiki pertumbuhan karena pemupukan sangat baik
dilakukan pada tanaman.
4.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memberikan zat-zat makanan pada
tanaman, dapat mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah.
Pemupukan biasanya dilakukan setelah 2 hari penanaman atau pada tanaman yang
sudah dilakukan pemotongan harus dilakukan pemupukan setelah 5 hari pemotongan.
Adapun pupuk yang dipakai di BPT-HMT Serading yaitu pupuk Urea dengan dosis 15-20
Liter setiap kali pemupukan.
BAB
IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN
4.1 Permasalahan Selama PKL
Setelah dilakukan kegiatan PKL terdapat
beberapa masalah yang dihadapi mengenai manajemen pengolahan rumput unggul di
Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak tersedia pupuk
NPK
2. Ketersediaan
lahan penanaman rumput koleksi masih kurang
3. Banyaknya
gulma yang tumbuh bersamaan rumput unggul
4. Sistem pengolahan rumput yang baik dan teratur belum diterapkan
5. Kurang
memperhatikan daya tumbuh rumput unggul setelah ditanam
4.2 Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan atau
kendala-kendala yang diperoleh selama Praktik Kerja Lapang di BPT-HMT Serading
maka pemecahan dari masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Tidak Tersedia
Pupuk NPK
Hal
ini menyebabkan unsur hara tanah sedikit dikarenakan tidak ada pencampuran
tanah setelah dilakukan penggemburan dengan pupuk NPK dimana kandungan
Nitrogen, Posfor dan Kalium sedikit tersedia sehingga pertumbuhan tanaman
khususnya rumput akan sulit tumbuh dengan baik.
Cara
mengatasi hal diatas yaitu pegawai lapangan di BPT-HMT Serading khususnya
dibidang HMT bisa
mengganti pupuk NPK yang dikatakan sangat langka dan mahal dengan pupuk organik/pupuk kandang dari
feses sapi dan adanya kerja sama dengan pegawai lapangan yang dikandang dimana
pupuk kandang juga kaya dengan unsur Nitrogen Posfor dan Kalium. Menurut (Soedomo,
2000)
kandungan unsur nitrogen, posfor, kalium dan air pada ternak sapi
yaitu N(0,40%), P( 0,20%), K(0,10%) dan air(85%).
Hai ini sangat baik dalam menciptakan pertumbuhan rumput unggul berkualitas
tanpa adanya bahan yang langka dan harganya mahal.
2.
Ketersediaan
Lahan Penanaman Rumput Koleksi Masih Kurang
Hal
ini menyebabkan rumput koleksi di BPT-HMT Serading akan menurunkan kualitas
pertumbuhan dan perkembangannya karena rumput unggul sedikit di lakukan
pemindahan ke lahan yang lebih besar. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan
cara pegawai sebaiknya menanam semua bibit rumput yang ada di lahan koleksi ke
lahan penggembalaan sehingga kecukupan rumput koleksi akan lebih luas dan
sekaligus dapat dijadikan sebagai pakan ternak selain rumput Raja (Pennisetum purpureophoides), rumput
Gajah (Pennisetum purpureum) dan
rumput Bintang/Star grass
(Cynodon pletoctachyrus) yang sudah
dijadikan sebagai pakan ternak.
3.
Banyaknya
Gulma yang Tumbuh Bersamaan Rumput Unggul
Hal
ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan rumput menjadi terhambat dan
produksi berkurang. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut :
a.
Awal penanaman rumput
lahan harus digemburkan dengan baik sehingga bibit-bibit gulma bisa hilang
b.
Penyemprotan lahan dengan pestisida gulma
untuk menghambat pertumbuhan gulma
c.
Penanaman rumput harus
diberikan jarak sehingga mempermudah dalam penyianagan setelah rumput tumbuh
d.
Pemberantasan
hama/gulma jika masih ada yang tumbuh bersamaan dengan rumput
e.
Penyiraman rumput
secara teratur karena pada cuaca yang panas sehingga tanaman banyak membutuhkan
air dalam pertumbuhannya
f.
Pemeliharaan dilakukan
dengan baik dan teratur
4.
Pengolahan
Rumput yang Baik dan Teratur Belum Diterapkan
Hal
ini menyebabkan hasil pertumbuhan rumput yang dipelihara kurang baik walaupun
secara kasat mata kelihatan baik. Perawatan dengan penyemprotan jarang
dilakukan sehingga banyak dilihat binatang-binatang kecil yang merusak
pertumbuhan rumput. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara pegawai
sebaiknya membuat daftar/urutan pengolahan rumput unggul sehingga pada saat
pengolahan bisa dilihat hal-hal apa saja yang harus dilakukan dengan baik
sehingga pertumbuhan rumput bisa terjamin baik. Pengolahan itu diantaranya : Pengolahan
lahan, penanaman yang baik, penyiangan, penyulaman pada tanaman yang mati dan
pemberantasan hama/gulma dengan teratur.
5.
Kurang
Memperhatikan Daya Tumbuh Rumput Unggul setelah Ditanam
Hal
ini harus lebih diperhatikan untuk membuat perbandingan daya tumbuh rumput baik
ditanam dengan menggunakan stek, pols maupun stolon. Permasalahan tersebut
sebaiknya pegawai lapangan HMT melakukan pencatatan setiap daya tumbuh perhari
setiap kali penanaman sehingga untuk membandingkan panjang tumbuh setiap kali
penanaman. Hal ini berguna untuk meningkatkan produksi rumput unggul dan
memperjelas data pada saat dilakukan pengeluaran bibit rumput unggul ke
tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya data-data tersebut akan mempermudah
dalam meningkatkan kinerja kerja pegawai setiap kali penanaman dan adanya
evaluasi mengenai daya tumbuh rumput pada setiap penanaman pada berbagai musim.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan PKL
Adapun kesimpulan yang dapat diambil selama Praktik Kerja
Lapang adalah sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
kegiatan PKL manajemen pengolahan rumput unggul sudah dapat memenuhi standar
pemeliharaan yang baik dikarenakan kondisi rumput sangat baik walaupun dalam
musim kemarau.
2.
Kegiatan pengolahan
rumput unggul memiliki urutan diantaranya pemilihan lokasi penanaman, pegolahan
lahan, pemilihan bibit, penanaman rumput dan pemeliharaan diantaranya
penyiangan, penyulaman, penyiraman dan pemupukan.
3.
Penanaman rumput
unggul dilakukan dengan metode Stek, Pols dan Stolon yang dalam hal ini dipakai
dalam penanaman rumput King grass, rumput Setaria dan rumput Brachiaria humidicola.
5.2 Saran
Adapun saran dalam Praktik Kerja Lapang ini yaitu
sebaiknya dalam pengolahan lahan tepatnya pada saat penggemburan tanah harus
dicampur dengan pupuk kandang sebagai pengganti guna untuk menetralisir
bahan-bahan organik tanah pada lahan yang akan ditanam rumput unggul
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi,R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fisher,N.M. \1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universutas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti.
1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis.
Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Susetyo, S. 2001. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan Departen Pertanian, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar