Kamis, 23 November 2017

Laporan Tetap PKL Hijauan Makanan Ternak

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMPUT UNGGUL DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN
TERNAK (BPT-HMT) SERADING SUMBAWA




DEDI KAHADI
B1D014053









PROGRAM STUDI PETERNAKAN







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017












LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMPUT UNGGUL DI BALAI
PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN
TERNAK (BPT-HMT) SERADING SUMBAWA



DEDI KAHADI
B1D014053



Laporan Praktik Kerja Lapang
Diserahkan untuk Keperluan Penyelesaian Pendidikan
pada Program Studi Peternakan-Fakultas Peternakan-Universitas Mataram
Telah Disetujui pada,   November 2017



MENYETUJUI :

Program Studi Peternakan
Ketua,




Dr. Ir. M. Ashari, M.Si
NIP. 19611231 198703 1017
Mataram,   November  2017 Pembimbing,





Dr.Ir Imran, M.Si
NIP. 19620104 198603 1005











KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang diberikan berupa nikmat kesehatan dan umur yang panjang sehingga saya dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapang  dan menyusun Laporan Kerja Lapang yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Rumput Unggul di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Serading” sehingga dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat disusun berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapang yang dimulai pada tanggal 17 Juli – 25 Agustus 2017 yang bertempat di BPT-HMT Serading Sumbawa Besar.
Dengan rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam menyusun Laporan Praktik Kerja Lapang yaitu kepada :
1.    Bapak Dr. Ir. Maskur, M.Si Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram
2.    Bapak Dr. Ir. Imran, M.Si Dosen Pembimbing PKL
3.    Bapak Ir. Uhud Abdullah, MP Dosen penguji PKL
4.    Bapak Dr. Ir. M. Ashari, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
5.    Bapak Isdarwanto, S.Pt Kepala BPT-HMT Serading Sumbawa
6.    Bapak Ir. Suryadi. AK., M.Si Kepala Sub Bag TU BPT-HMT Serading
7.    Bapak Herpan S.Pt, Bapak Wahyono, Bapak M.Rifai dan Bapak Muhammad M.S Pembimbing Lapangan selama PKL di bidang HMT
8.    Semua Staff yang ada di BPT-HMT Serading yang tidak dapat disebutkan nama satu persatu yang telah memberikan kesan selama PKL berlangsung
9.    Semua teman-teman seperjuangan anggota PKL yang membantu selama PKL
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapang ini masih jauh dari kata kesempurnaan sehingga diperlukan kritik dan saran yang mambangun demi kesempurnaan laporan dikemudian hari dan berguna bagi mahasiswa yang lain.
Mataram,   November  2017 
Hormat Saya

(Penulis)









BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari ketersediaan pakan baik secara kualitas dan kuantitas. Hijauan pakan ternak  atau biasa disebut Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Hijauan pakan ternak menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia. Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek mampu tumbuh kembali. Hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua bagian yaitu bangsa graminae (rumput-rumputan) dan leguminosa (semak dan pohon).
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah tanaman rumput sebagai pakan ternak. Rumput adalah tumbuhan monokotil yang memiliki daun berbentuk sempit meruncing yang tumbuh dari dasar batang. Hijauan ini seringkali ditanam sebagai tanaman hias, tanaman obat dan pakan ternak. Pemeliharaan tanaman hijauan unggul sangat dianjurkan pada dinas peternakan terutama di Sumbawa tepatnya di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading.
Balai Pembibitan dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading merupakan unit pembibitan ternak sapi bali dan pemeliharaan atau pengolahan hijauan pakan untuk dikembangkan sebagai pakan ternak. Pemiliharaan hijauan sebagai pakan ternak sangat penting diterapkan guna meningkatkan produktivitas ternak sapi bali di BPT-HMT Serading. Pakan hijauan yang dipelihara merupakan pakan ternak yang unggul dengan kandungan nutrisi tinggi guna mencukupi kebutuhan nutrisi ternak sapi bali. BPT-HMT memiliki keunggulan dalam mengelolah sapi bali dan penanaman hijauan makanan ternak yang dilakukan secara tertutup dalam dinas pembibitan dan hijauan makanan ternak. Selain itu, BPT-HMT Serading juga sudah mengeluarkan beberapa bibit ternak yang unggul ke daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa dan Kalimantan. Sistem pemeliharaan sapi bali dan hijauan pakan ternak di BPT-HMT. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading dapat memainkan peranannya melalui penyelenggaraan pelatihan guna menghasilkan sumber daya manusia pertanian-peternakan yang profesional, khususnya pada bidang Teknologi Pengolahan Hijauan Makanan Ternak. Dalam hal ini, pemeliharaan hijauan pakan dilakukan sampai pasca panen dan teknologi pengolahan yang akan menjadi tujuan dalam praktik kerja lapang Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading.

1.2    Tujuan dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang (PKL)
1.2.1   Tujuan Praktik Kerja Lapang (PKL)
Praktik kerja lapang dilaksakan di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Serading  dengan tujuan :
1.    Untuk mengetahui cara pengelolaan rumput unggul yang akan dijadikan sebagai pakan ternak
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis rumput unggul yang diolah sebagai pakan ternak
3.    Untuk mengetahui permasalahan atau kendala pengelolaan rumput unggul di BPT-HMT Serading
4.    Untuk mengetahui cara penanganan rumput unggul yang ada di BPT-HMT Serading
5.    Untuk mengetahui cara dan teknik penanaman rumput unggul di BPT-HMT Serading

1.2.2   Kegunaan Praktik Kerja Lapang (PKL)
Adapun kegunaan Praktik Kerja Lapang (PKL) di BPT-HMT Serading ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagi Mahasiswa
a.    Dapat mengetahui kondisi lapangan mengenai cara dan teknik pengelolaan rumput unggul di BPT-HMT Serading
b.    Dapat mengaplikasikan ilmu peternakan mengenai pengelolaan rumput unggul di bangku kuliah dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang di BPT-HMT Serading
c.    Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa dalam membandingkan ilmu di bangku kuliah dengan kondisi lapangan sehingga dapat diterapkan di lingkungan masyarakat
2.    Bagi Fakultas
a.    Sebagai acuan dan masukkan masalah-masalah yang dihadapi peternak yang terkait dengan pengolahan rumput unggul sebagai pakan ternak
b.    Sebagai acuan dalam mengembangkan fakultas peternakan kedepannya dalam pengabdian ke masyarakat mengenai pengolahan rumput unggul
3.    Bagi BPT-HMT Serading
a.    Mendapatkan informasi mengenai manajemen pengolahan hijauan rumput unggul sebagai pakan ternak yang lebih baik
b.    Mendapatkan bantuan tenaga dan keterampilan dalam pengolahan hijauan pakan ternak
c.    Dapat mengatasi masalah-masalah yang ada di BPT-HMT Serading yang menjadi kendala pada umumnya









BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG

2.1  Gambaran Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang
Description: F:\BASAH.jpg
Gambar 1. Denah Lokasi BPT-HMT Serading
BPT-HMT Serading adalah salah satu UPTD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat, dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat No. 23 tahun 2008 dengan tugas pokok melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat di bidang pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading terletak di Jalur Baypass Sumbawa Bima, Kecamatan Moyo Hilir Sumbawa Besar  Nusa Tenggara Barat. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading memiliki luas sekitar 42,52 Ha dan memiliki dua cabang instalasi dengan yaitu instalasi dompu dengan luas 150,00 Ha dan instalasi bima dengan luas 32,33 Ha. Kondisi topografi disana sebagai berikut : tanah adalah datar sampai berbukit , ketinggian sekitar 75 meter di atas permukaan laut, tanah berwarna coklat kekuningan, berstruktur padat dan  bertekstur liat berlempung, ph 6,5 – 7,1 dan kondisi iklim meliputi curah hujan rara-rata 1.180 mm/thn, hari hujan rata-rata 77 hari/thn, bulan basah desember s/d maret, suhu udara 20 – 36 derajat celcius dan kelembaban sekitar 76 %.
Profil BPT-HMT Serading dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Mentan RI No.313/Kpts/Org/5/1978 tgl. 25 Mei 1978 sebagai UPT yang bernaung dibawah Ditjen Peternakan. Dengan bergulirnya otonomi daerah, th. 2001, BPTHMT Serading dilimpahkan ke Pemprov. NTB dengan PERDA No. 3 Tahun 2002 tanggal 24 Agustus 2002. Tahun 2008 dengan PP No. 41 tahun 2007, BPT-HMT Serading ditetapkan kembali menjadi UPTD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB melalui PERGUB No. 23 TH 2008.
1.    Fungsi dan Tugas Pokok BPT-HMT Serading
a.    Tugas Pokok
BPT-HMT Serading mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis pembibitan ternak dan Hijauan  Makanan Ternak Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Nusa Tenggara Barat.


b.   Fungsi
1)   Sebagai tempat analisis teknis kegiaatan pembibitan ternak  dan Hijauan makanan ternak
2)   Tempat pengujian,penerapan kegiatan teknologi pembibitan dan hijauan makanan ternak
3)   Melaksanakan kebijaksanaan teknis kegiatan pembibitan dan  hijauan makanan ternak
4)   Pengelolaan administrasi keuangan.
2.    Visi Misi dan Motto BPT-HMT Serading
a.    Visi
Terciptanya BPT-HMT Serading yang handal dalam rangka menyediakan bibit ternak dan benih HMT yang memenuhi standar mutu dalam rangka mendukung NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan Program Swasembada Daging Sapid an Kerbau (PSDSK).
b.   Misi
1)   Melakukan seleksi ternak yang ketat dan berkesinambungan
2)   Meningkatkan populasi ternak dan benih HMT yang berkualitas
3)   Melaksanakan uji mutu benih HMT
4)   Menyediakan sarana dan prasarana pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas SDM bidang peternakan
5)   Melaksanakan uji coba teknologi tepat guna
6)   Melaksanakan bimbingan teknis bidang peternakan
c.    Motto
Satu Anak Satu Induk Satu Tahun

2.2    Macam Kegiatan yang Dilaksanakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Lapang secara umum menurut teori yaitu antara lain dalam pemeliharaan tanaman rumput unggul sebagai makanan ternak, beberapa kegiatan perlu dilakukan adalah:


1.    Pemeliharaan Cara Tanam Tanaman
Hal yang diperhatikan:
a.    Mengadakan penyulaman/penyisipan, jika ada tanaman yang mati;
b.    Penyiangan perlu dilakukan setelah 1-2 kali panen;
c.    Membumbun tanaman dengan mengangkat tanah dari kiri dan kanan barisan (membuat guludan), hal ini dimaksudkan memudahkan pemupukan, pengairan dan drainase;
d.   Pemupukan sebaiknya dilakukan minimal 2 kali setahun, yaitu setiap 4-6 bulan sekali. Jenis  dan dosis pemupukan tergantung kepada tingkat kesuburan tanah (Anggorodi, 1994).
2.    Pemupukan
Hal yang perlu diperhatikan :
a.    Macam pupuk
Pupuk yang digunakan harus disesuaikan dengan keasaman tanah. pupuk yang asam tidak digunakan pada tanah yang netral/basah. Untuk  tanah yang asam lebih baik digunakan pupuk bersifat netral sampai alkalis, gunakanlah pupuk yang dapat menjamin kebutuhan 3 hara utama (N,P dan K).
b.    Dosis Pemupukan
Dosis dan perbandingan pupuk yang digunakan hendaknya setepat mungkin. Bila perlu disesuaikan analisa tanah, sehingga diperoleh hasil pemupukan yang efektif dan ekonomis. Untuk tanah-tanah yang kurang subur dapat diberikan 150 kg Urea/Za, 75 kg TSP, dan 50 Kg ZK /Ha/Tahun. Jika digunakan pupuk kandang, berikan sebanyak ± 30 – 100 kwt/Ha/tahun. 
c.    Saat pemupukan
Pemupukan yang tepat waktunya akan menghasilkan produksi hijauan optimal.  Karena itu pemupukan diatur sedemikian rupa sehingga saat pupuk terurai mudah diserap bersamaan dengan umur tanaman pada saat mana kegiatan penyerapan paling optimal. Pupuk P dan K yang sukar larut, diberikan 1 – 2 minggu sebelum penanaman yaitu bersamaan dengan penggemburan tanah. Bila menggunakan pupuk kandang atau pengapuran untuk menaikknan pH tanah, sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah.  Pupuk N yang sangat mudah larut diberikan setelah tanaman berumur ± 2 minggu. Dan setiap selesai pemotongan, sebaiknya dilakukan pemupukan untuk meransang pertumbuhan kembali.
d.   Cara pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menyebar ke permukaan tanah (ditabur), dapat juga di sebar dilarikan atau ditanam sekitar rumpun (ditugal) (Anggorodi, 1994).
3.    Pemeliharaan Perawatan
Tujuan dari perawatan/pemeliharaan adalah agar tanaman mampu berproduksi dalam jumlah yang cukup tinggi dan berkualitas baik. Perawatan yang harus dilakukan antara lain: (a). Penyiangan. Dilakukan pada rumput liar yang tumbuh bersamaan dengan bibit disekitarnya. Dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat misalnya cangkul, handtraktor dan mini traktor. Penyiangan bertujuan untuk mencegah persaingan antara tanaman pokok dengan rumput pengganggu/gulma; (b). Penyulaman. Dilakukan setelah penyiangan pada tanaman yang mati agar kelihatan jelas tanaman yang perlu diganti; (c). Pemupukan. Pemupukan perlu dilakukan supaya tanaman tetap terjaga kesuburannya. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik (urea, TSP, KCL dan lain-lain). Dapat juga dipakau pupuk organik seperti kompos atau kotoran ternak. Untuk tanah yang tergolong asam, perlu dinetralisir dengan pemberian kapur; (d). Pemberantasan hama. Hama adalah salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman rumput. Hama yang dapat mengganggu/merusak adalah keong, tikus, hewan liar, burung dan lain-lain. Untuk mencegah dan memberantas hama tersebut dapat menggunkan obat-obatan. Sedangkan untuk mengatasi gangguan oleh hewan liar dapat dilakukan dengan cara pemagaran. Pengendalian Gulma adalah jenis tanaman yang tumbuhnya tidak dikehendaki peternak. Gulma merupakan tanaman pengganggu yang mampu menghambat bahkan mematikan hijauan pakan yang tumbuh bersamanya. Kerusakan yang diakibatkan gulma dibagi dalam 3 kelompok yakni kerusakan ringan, sedang dan berat. Kerusakan ringan mencakup 10 – 30% total lahan, kerusakan sedang merusak tatanan padang penggembalaan 31-50% dari total lahan, kerusakan berat terjadi ketikan telah merusak tatanan penggembalaan sebesar 51-80% atau bahkan mencapai 100% total lahan. Gulma tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan pakan hijauan tapi juga dapat meracuni ternak yang mengonsumsinya (Anggorodi, 1994).
Pengendalian gulma merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan gulma yang tumbuh diantara tanaman rerumputan. Ada beberapa cara pengendalian gulma yaitu pengendalian secar fisik (penyiangan, pencabutan, pembabatan atau pembakaran); pengendalian secara hayati yaitu dengan pengadaan musuh alami; pengendalian secara kimiawi; pengendalian dengan cara pemanfaatan gulma itu sendiri untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu, obat dan sebagainya.
Pakan hijauan harus diatur sistem pemotongannya agar tersedia sepanjang waktu. Selain itu, pengaturan umur pemotongan yang tepat dimaksudkan agar tingkat produktivitas dan kualitasnya dapat dipertahankan. Panen/pemungutan hasil pada HPT ada 2 cara yaitu: (A). Pemotongan (defoliasi), dilakukan oleh manusia. Pemotongan yang baik disaat rumput akan berbunga. Jika terlambar (sudah berbunga) maka nilai gizinya berkurang dan nilai serat kasarnya meningkat, tapi bila terlalu cepat maka kandungan protein dan kadar airnya tinggi dan bahan keringnya rendah. Kalau sampai umur 60 hari rumput belum mencapai 1 meter maka lakukan pemotongan paksa tujuannya adalah untuk menstimulir pertumbuhan dan memperbanyak anakan juga menyeragamkan pertumbuhan. Defoliasi kedua atau seterusnya dilakukan 40 hari sekali di musim hujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Tinggi pemotongan 10 – 15 cm dari permukaan tanah. (B). Penggembalaan (grazing) yaitu pemotongan yang langsung dilakukan oleh ternak secara renggutan. Frekuensi defoliasi (berulang kalsinya pemotongan terhadap tanaman hijauan) perlu dipertimbangkan secara baik (Fisher, 1992). Secara umum, defoliasi di musim penghujan 40 hari sekali dan pada musim kemarau 60 hari sekali (Parakkasi, 1995).

2.3    Manfaat Kegiatan yang Dilaksanakan
1.    Manfaat PKL Bagi Mahasiswa
a.    Mahasiswa dapat menerapkan semua teori yang didapatkan di bangku perkuliahan
b.    Mendapat ilmu tentang cara atau teknik pengelolaan hijauan pakan ternak terutama pemeliharaan rumpul unggul yang nantinya dapat diterapkan jika ingin membuka usaha sendiri
c.    Menambah kedisiplinan mahasiswa dalam bekerja karena dalam PKL ketepatan waktu sangat diperhatikan
d.   Meningkatkan semangat kerja karena selama PKL dituntut untuk selalu bersemangat
2.    Manfaat PKL Bagi BPT-HMT Serading
a.    Mengurangi beban kerja para pegawai lapangan di BPT-HMT Serading
b.    Memberikan pengetahuan kepada pegawai lapangan bagaimana cara pengelolaan yang baik hijauan unggul berdasarkan teori
c.    Mendapat informasi tentang pengelolaan hijauan unggul
3.    Manfaat PKL Bagi Lembaga/Fakultas Peternakan
a.    Membentuk karakter handal bagi mahasiswa yang sangat diperlukan dalam dunia kerja
b.    Memberi pengalaman bekerja kepada mahasiswa serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan
c.    Mendidik mahasiswa untuk selalu jeli melihat permasalahan di lapangan dan selalu tanggap memberi solusi pada permasalahan yang dihadapi

BAB III
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG

3.1    Pemilihan Lahan
Pemilihan lahan merupakan salah satu cara atau teknik yang digunakan dalam menentukan tempat atau lokasi yang dapat digunakan untuk lahan penanaman hijauan makanan ternak baik sebagai padang penggembalaan maupun sebagai produksi potongan yang dapat dibudidayakan. Cara ini dilakukan dengan proses wawancara dengan Fasilitator Lapangan. Adapun faktor-faktor yang penting diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman rumput unggul yaitu sebagai berikut :
1.    Kesuburan tahan dan topografi
Tanah dengan kualitas bagus diprioritaskan untuk tanaman pangan guna dapat mencukupi kebutuhan pokok. Adapun di BPT-HMT Serading jenis tanah meliputi tanah liat bergembur dengan warna coklat kekuningan, berstruktur padat dan bertekstur liat berlempung dengan pH 6,5-7,1. Topografi tanah di BPT-HMT Serading adalah datar sampai berbukit dengan ketinggian sekitar 75 M DPL.
2.    Sumber Air
Sumber air yang digunakan dari dalam tanah yang ditarik dengan mesin Boor dan langsung dialiri dengan menggunakan sistem Sprinkle yang sudah dipasang ditengah-tengah lahan penanaman.
3.    Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Transportasi
Sarana dan prasarana dari lokasi penanaman ke pemasaran ini secara langsung terjadi di BPT-HMT Serading dengan cara penjualan melalui pameran di ruangan penanaman.

3.2    Pengelolaan Lahan
Pertumbuhan rumput yang baik sangan tergantung dari pengaruh luar, waktu penanaman dan pegolahan pada tanah tanpa irigasi dilakukan pada musim hujan akan tetapi di BPT-HMT Serading mempunyai sistem Sprinkle jadi dapat dimudahkan dalam pengairan lahan. Adapun urutan dalam pengolahan lahan yang dilakukan di BPT-HMT Serading adalah sebagai berukut:
DSC_0786.JPGDSC_0786.JPGDSC_0786.JPG
1.    Pembersihan Lahan
DSC_0786.JPG
Keterangan:
v Membersihkan lahan dari gulma-gulma atau semak yang akan ditanam rumput unggul dengan tujuan untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimum bagi tanaman
Gambar 2. Pembersihan Lahan

2.    Pencangkulan/ Pembajakan
DSC_0790.JPG
Keterangan:
v Pencangkulan bertujuan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkahan untuk mempermudah penggemburan selanjutnya. Dengan membalik lapisan tanah maka aktifitas mikroorganisme dipergiat. Kedalaman pencangkulan ± 40 cm
Gambar 3. Pencangkulan Lahan




3.    Penggemburan/ Penggaruan
DSC_0789
Keterangan :
v Penggemburan lahan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan besar menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar setelah itu dibiarkan selama ± 7 hari
Gambar 4. Penggemburan Lahan

3.3    Pemilihan Bibit Rumput Unggul
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan penanaman yang mudah dikembangkan, dikelolah dan bisa memberikan produksi yang lebih tinggi. Sedangkan bibit yang digunakan dalam penanaman di BPT-HMT Serading digunakan sistem penanaman secara Stek, Pols dan Stolon.
1.      Pemilihan Bibit Secara Stek
DSC_0804.JPG
Keterangan:
Yang perlu diperhatikan agar mendapat Stek yang baik :
a.    Harus diambil dari batang yang sehat dan tua
b.    Cara pemotongan stek harus tepat
c.    Panjang stek kisaran  20-25 cm
d.   Satu stek terdiri dari 3 buku/ruas
Gambar 5. Pengambilan Stek




2.      Pemilihan Bibit Secara Pols
DSC_0797.JPG
Keterangan :
Ø Pols atau sobekan rumput harus diambil dari rumpun yang sehat
Ø Banyak mengandung akar dan calon anakan baru
Ø Pengambil harus hati-hati agar dapat terpotong dengan akar
Gambar 6. Pengambilan Pols

3.      Pemilihan Bibit Secara Stolon
DSC_0799.JPG
Keterangan :
Ø Pengambilan bibit stolon dilakukan pada rumput yang agak panjang dan banyak buku
Ø Stolon yang diambil harus terlihat akar pada bagian buku
Ø Pengambilan pada anakan yang baru tumbuh
Ø Diambil sekitar 3-4 buku
Gambar 7. Pengambilan Stolon

3.4    Penanaman Rumput Unggul
Kegiatan penanaman rumput unggul dilakukan setelah diambil bibit secara Stek, Pols dan Stolon. Dalam hal ini penanaman rumput ditujukan pada jenis rumput sebagai berikut: Rumput Raja/King grass (Pennisetum purpureophoides), Rumput Setaria (Setaria splendida) dan Rumput BH (Brachiaria humidicola). Rumput unggul di BPT-HMT Serading atau disebut rumput koleksi ditanam dengan luas lahan 18 are dimana satu jenis tanaman rumput koleksi ditanam dengan luar 1 are dengan jarak tanam 1x1 M2 sehingga pemeliharaan bisa dilakukan secara baik dan teratur.
  1. Penanaman Rumput Raja/King grass (Pennisetum purpureophoides)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika tropis perennial yang dapat tumbuh setinggi 3-4,5 meter yang berkembang dengan menggunakan rizhoma dan mempunyai produksi 200-300 Ton/Ha/Thn yang dapat tumbuh didaerah basah dengan daun relatif besar, batang tebal kasar berbulu, tumbuh tegak membentuk rumpun dan ditanam dengan Stek. Tanaman ini mengandung gizi yang tinggi pada umur 7 minggu dimana kandungan protein 13,2% dan lemak 1,6 % dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm. Menurut (Susetyo, 2001) produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Cara penanaman yaitu dalam satu lubang terdiri dari 3 buku dimana satu buku diatas permukaan tanah dan dua buku didalam tanah dengan kemiringan 450 (miring, tegak atau tertidur) dengan jarak yang digunakan 1 x 1 M2. Setelah penanaman pada hari ke-6 tunas baru mulai muncul di setiap buku dan pertumbuhan perhari anakan berkisar antara 2-3 cm.
  1. Penanaman Rumput Setaria (Setaria splendida)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika dengan ciri tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi tanamn bisa mencapai ± 2 meter, daun lunak lebat agak berbulu, pangkal batang berwarna kemerah-merahan dengan bunga bersusun dalam tandan berwarna coklat keemasan. Biasanya rumput ini diperbanyak dengan cara Pols (anakan) dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan memilik produksi hingga 100-125 Ton/Ha/Thn dan kandungan protein 13,8 % sedangkan lemak 2,9 %. Menurut (Soegiri, et al., 1992) rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut, tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m, responsif terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th. Cara penanaman yang dilakukan yaitu tanah dilubangi terlebih dahulu sepanjang 10 cm dan ditanam, bagian vegetatif harus dihilangkan serta dalam satu lubang tanam harus terdiri dari 1-3 pols. Tanaman ini memilki sifat basah jadi harus secara rutin dilakukan penyiraman sehingga tanah menjadi lembab.
  1. Penanaman Rumput BH (Brachiaria humidicola)
Rumput jenis ini berasal dari Afrika tropis yang memiliki ciri tumbuh menjalar sehingga diperbanyak dengan menggunakan stolon, tinggi bisa mencapat ± 1 meter, daun kecil berbulu halus, ruas batang kecil agak merah kecoklatan. Hal  ini sesuai dengan pendapat Reksohadiprojo (2000) yang menyatakan bahwa rumput Brachiaria humidicola bersifat parennial, tumbuh membentuk hamparan, daun lebar dan berbulu halus. Jarak tanam yang digunakan 60 cm x 60 cm dengan produksi 100-125 Ton/Ha/Thn. Cara penanaman yaitu lahan dibuat seperti lubang panjang dan memilih stolon yang sehat dan mempunyai mata tunas perakaran yang baik kemudian menanam dengan menimbuni bagian stolon yang berjarak 30-60 cm dari buku dan dibiarkan bagian pucuk diatas permukaan tanah. Penanaman dilakukan dengan cara ditidurkan pada lubang yang dibuat panjang dan dipadatkan dengan cara diinjak.

3.5    Pemeliharaan Rumput Unggul
Pemeliharaan rumput unggul yang baik dan teratur dapat dilakukan setelah proses penanaman sehingga dapat memperoleh hasil yang baik. Adapun urutan cara atau teknik yang dilakukan terhadap rumput yang ditanam di BPT-HMT Serading adalah sebagai berikut:
1.      Perawatan atau Penyiangan
Perawatan rumput dapat dilakukan  dengan pendangiran ± 3-4 kali pertahunnya atau pendangiran dilakukan setiap kali pemangkasan tergantung dari kondisi dari daerah masing-masing. Pendangiran ini dilakukan  melalui dua cara yaitu pertama membersihkan tanaman liar yang tumbuh bersama tanaman rumput kemudian menggemburkan tanah yang ada disekitar tanaman. Hal ini bertujuan agar unsur hara tanah semakin baik dan bibit-bibit hama dapat dihilangkan kemudian yang kedua langsung dilakukan penggemburan tanah dengan cangkul agar tanah disekitar rumpun rumput terbongkar sehingga hama bisa hilang.
2.      Penyulaman atau Peremajaan
Penyulaman ini bertujuan untuk melihat kondisi rumput yang ditanam sehingga dapat memperbaiki produksi rumput unggul. Penyulaman dilakukan pada rumput yang mati atau tidak tumbuh dan diganti dengan bibit yang lain agar pertumbuhan tanaman bisa merata didalam mempertahankan produksi dan pertumbuhannya. Penyulaman ini hanya bisa dilakukan ketika ada tanaman yang ditanam mati akan tetapi harus lebih diperhatikan karena dengan ini tanaman dapat melakukan produksi dengan baik.
3.      Penyiraman atau Pengairan
Penyiraman atau pengairan dilakukan ± 7 hari setelah penanaman. Hal ini dilakukan pada musim hujan akan tetapi jika penanaman dilakukan pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari dengan tujuan agar tanaman secara cepat memperbaiki pertumbuhannya. Dalam hal ini harus perlu diperhatikan jangan sampai ada air yang tergenang dibagian tanaman karena dapat merusak tanaman itu sendiri. Penyiraman juga dilakukan setelah 7 hari pemupukan sehingga pada tanaman bisa diperbaiki pertumbuhan karena pemupukan sangat baik dilakukan pada tanaman.
4.      Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memberikan zat-zat makanan pada tanaman, dapat mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pemupukan biasanya dilakukan setelah 2 hari penanaman atau pada tanaman yang sudah dilakukan pemotongan harus dilakukan pemupukan setelah 5 hari pemotongan. Adapun pupuk yang dipakai di BPT-HMT Serading yaitu pupuk Urea dengan dosis 15-20 Liter setiap kali pemupukan.


BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

4.1    Permasalahan Selama PKL
Setelah dilakukan kegiatan PKL terdapat beberapa masalah yang dihadapi mengenai manajemen pengolahan rumput unggul di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Serading yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Tidak tersedia pupuk NPK
2.    Ketersediaan lahan penanaman rumput koleksi masih kurang
3.    Banyaknya gulma yang tumbuh bersamaan rumput unggul
4.    Sistem pengolahan rumput yang baik dan teratur belum diterapkan
5.    Kurang memperhatikan daya tumbuh rumput unggul setelah ditanam

4.2    Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan atau kendala-kendala yang diperoleh selama Praktik Kerja Lapang di BPT-HMT Serading maka pemecahan dari masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Tidak Tersedia Pupuk NPK
Hal ini menyebabkan unsur hara tanah sedikit dikarenakan tidak ada pencampuran tanah setelah dilakukan penggemburan dengan pupuk NPK dimana kandungan Nitrogen, Posfor dan Kalium sedikit tersedia sehingga pertumbuhan tanaman khususnya rumput akan sulit tumbuh dengan baik.
Cara mengatasi hal diatas yaitu pegawai lapangan di BPT-HMT Serading khususnya dibidang HMT bisa mengganti pupuk NPK yang dikatakan sangat langka dan mahal dengan pupuk organik/pupuk kandang dari feses sapi dan adanya kerja sama dengan pegawai lapangan yang dikandang dimana pupuk kandang juga kaya dengan unsur Nitrogen Posfor dan Kalium. Menurut (Soedomo, 2000) kandungan unsur nitrogen, posfor, kalium dan air pada ternak sapi yaitu N(0,40%), P( 0,20%), K(0,10%) dan air(85%). Hai ini sangat baik dalam menciptakan pertumbuhan rumput unggul berkualitas tanpa adanya bahan yang langka dan harganya mahal.

2.    Ketersediaan Lahan Penanaman Rumput Koleksi Masih Kurang
Hal ini menyebabkan rumput koleksi di BPT-HMT Serading akan menurunkan kualitas pertumbuhan dan perkembangannya karena rumput unggul sedikit di lakukan pemindahan ke lahan yang lebih besar. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara pegawai sebaiknya menanam semua bibit rumput yang ada di lahan koleksi ke lahan penggembalaan sehingga kecukupan rumput koleksi akan lebih luas dan sekaligus dapat dijadikan sebagai pakan ternak selain rumput Raja (Pennisetum purpureophoides), rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput Bintang/Star grass (Cynodon pletoctachyrus) yang sudah dijadikan sebagai pakan ternak.

3.    Banyaknya Gulma yang Tumbuh Bersamaan Rumput Unggul
Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan rumput menjadi terhambat dan produksi berkurang. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :
a.    Awal penanaman rumput lahan harus digemburkan dengan baik sehingga bibit-bibit gulma bisa hilang
b.     Penyemprotan lahan dengan pestisida gulma untuk menghambat pertumbuhan gulma
c.    Penanaman rumput harus diberikan jarak sehingga mempermudah dalam penyianagan setelah rumput tumbuh
d.   Pemberantasan hama/gulma jika masih ada yang tumbuh bersamaan dengan rumput
e.    Penyiraman rumput secara teratur karena pada cuaca yang panas sehingga tanaman banyak membutuhkan air dalam pertumbuhannya
f.     Pemeliharaan dilakukan dengan baik dan teratur

4.    Pengolahan Rumput yang Baik dan Teratur Belum Diterapkan
Hal ini menyebabkan hasil pertumbuhan rumput yang dipelihara kurang baik walaupun secara kasat mata kelihatan baik. Perawatan dengan penyemprotan jarang dilakukan sehingga banyak dilihat binatang-binatang kecil yang merusak pertumbuhan rumput. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara pegawai sebaiknya membuat daftar/urutan pengolahan rumput unggul sehingga pada saat pengolahan bisa dilihat hal-hal apa saja yang harus dilakukan dengan baik sehingga pertumbuhan rumput bisa terjamin baik. Pengolahan itu diantaranya : Pengolahan lahan, penanaman yang baik, penyiangan, penyulaman pada tanaman yang mati dan pemberantasan hama/gulma dengan teratur.

5.    Kurang Memperhatikan Daya Tumbuh Rumput Unggul setelah Ditanam
Hal ini harus lebih diperhatikan untuk membuat perbandingan daya tumbuh rumput baik ditanam dengan menggunakan stek, pols maupun stolon. Permasalahan tersebut sebaiknya pegawai lapangan HMT melakukan pencatatan setiap daya tumbuh perhari setiap kali penanaman sehingga untuk membandingkan panjang tumbuh setiap kali penanaman. Hal ini berguna untuk meningkatkan produksi rumput unggul dan memperjelas data pada saat dilakukan pengeluaran bibit rumput unggul ke tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya data-data tersebut akan mempermudah dalam meningkatkan kinerja kerja pegawai setiap kali penanaman dan adanya evaluasi mengenai daya tumbuh rumput pada setiap penanaman pada berbagai musim.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan PKL
Adapun kesimpulan yang dapat diambil selama Praktik Kerja Lapang adalah sebagai berikut :
1.    Berdasarkan kegiatan PKL manajemen pengolahan rumput unggul sudah dapat memenuhi standar pemeliharaan yang baik dikarenakan kondisi rumput sangat baik walaupun dalam musim kemarau.
2.    Kegiatan pengolahan rumput unggul memiliki urutan diantaranya pemilihan lokasi penanaman, pegolahan lahan, pemilihan bibit, penanaman rumput dan pemeliharaan diantaranya penyiangan, penyulaman, penyiraman dan pemupukan.
3.    Penanaman rumput unggul dilakukan dengan metode Stek, Pols dan Stolon yang dalam hal ini dipakai dalam penanaman rumput King grass, rumput Setaria dan rumput Brachiaria humidicola.

5.2    Saran
Adapun saran dalam Praktik Kerja Lapang ini yaitu sebaiknya dalam pengolahan lahan tepatnya pada saat penggemburan tanah harus dicampur dengan pupuk kandang sebagai pengganti guna untuk menetralisir bahan-bahan organik tanah pada lahan yang akan ditanam rumput unggul

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi,R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fisher,N.M. \1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universutas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen  Pertanian, Jakarta.

Susetyo, S. 2001. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan Departen Pertanian, Jakarta.
                  

 









LAMPIRAN-LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar